Senin, 11 Maret 2019
AKU INGIN BAHAGIA
Menjadi ibu adalah hal terindah dalam hidup,sebuah anugerah yang luar biasa.Banyak wanita yang tak memiliki kesempatan ini,banyak juga yang membuangnya seperti sebuah kotoran dan parasit dalam hidup,semoga ini bukan kita.
Aku ingin mengungkap,dari sebuah rasa yang ku dapat dari menjadi seorang ibu.
Sebuah kekosongan yang dahulu terisi karena rutinitasku seharian.
Aku menjadikan kepalaku sebuah kaki,dan membalik kakiku menjadi kepala....
Itu bertahun lamanya.
Kekuatan seakan datang bertubi hanya dari sebuah senyuman,yang tersungging manis dari empat putriku jalani hidupnya.
Banyak hal terjadi,kami saling melengkapi.
Harus masing masing tegar diatas kaki sendiri,itu yang kerap kuucapkan pada mereka,dan aku berhasil untuk tujuan itu.
Sangat berhasil malah.
Kini mereka sudah besar,makin dewasa untuk ukuran tubuh,tapi tidak dijiwa mereka.
Desakan hidup mendewasakan mereka dengan terpaksa,hingga melupakan sesuatu yang seharusnya mereka ingat.
Aku seperti makanan sisa yang harus dibuang.
Jadilah aku sekarang,makin berumur dan semakin menua.
Tak banyak lagi kesempatan bagiku untuk bisa tetap produktif,peluangku hanya dirumah dengan semua keterbatasan yang tidak kuinginkan.
Aku terbelenggu diruang sesak ini bersama laptop bekas anak sulungku saat kuliah dulu.
Kuasyikkan diriku belajar membuka cara mengoperasikan pc ini dari sisa ilmuku bersekolah dulu.
Aku mencari,dimana dan bagaimana aku dapat membuang sesak di dadaku.
Mengungkapkan betapa sendirinya aku dengan kesedihan masa tuaku.
Aku kosong bagai angka nol besar,bagai aksara tanpa makna,bagai daun kering yang jatuh ditiup angin.
Aku ingin tertidur lelap dalam waktu yang sangat lama,jikapun harus terbangun,berharap matahari terang bersinar,bunga bunga harum,hujan turun dengan airnya yang hangat basahi tubuhku.
Aku ingin bahagia,tanpa linangan airmata.
Aku ingin mengungkap,dari sebuah rasa yang ku dapat dari menjadi seorang ibu.
Sebuah kekosongan yang dahulu terisi karena rutinitasku seharian.
Aku menjadikan kepalaku sebuah kaki,dan membalik kakiku menjadi kepala....
Itu bertahun lamanya.
Kekuatan seakan datang bertubi hanya dari sebuah senyuman,yang tersungging manis dari empat putriku jalani hidupnya.
Banyak hal terjadi,kami saling melengkapi.
Harus masing masing tegar diatas kaki sendiri,itu yang kerap kuucapkan pada mereka,dan aku berhasil untuk tujuan itu.
Sangat berhasil malah.
Kini mereka sudah besar,makin dewasa untuk ukuran tubuh,tapi tidak dijiwa mereka.
Desakan hidup mendewasakan mereka dengan terpaksa,hingga melupakan sesuatu yang seharusnya mereka ingat.
Aku seperti makanan sisa yang harus dibuang.
Jadilah aku sekarang,makin berumur dan semakin menua.
Tak banyak lagi kesempatan bagiku untuk bisa tetap produktif,peluangku hanya dirumah dengan semua keterbatasan yang tidak kuinginkan.
Aku terbelenggu diruang sesak ini bersama laptop bekas anak sulungku saat kuliah dulu.
Kuasyikkan diriku belajar membuka cara mengoperasikan pc ini dari sisa ilmuku bersekolah dulu.
Aku mencari,dimana dan bagaimana aku dapat membuang sesak di dadaku.
Mengungkapkan betapa sendirinya aku dengan kesedihan masa tuaku.
Aku kosong bagai angka nol besar,bagai aksara tanpa makna,bagai daun kering yang jatuh ditiup angin.
Aku ingin tertidur lelap dalam waktu yang sangat lama,jikapun harus terbangun,berharap matahari terang bersinar,bunga bunga harum,hujan turun dengan airnya yang hangat basahi tubuhku.
Aku ingin bahagia,tanpa linangan airmata.
Senin, 04 Maret 2019
Elegi
Seharusnya kaki melangkah
diantara gelap tanpa rasa takut
sebab masa telah hitam
daun daaun telah gugur
yang tlah pergi takkan kembali
sebab sesal tak mengulang waktu
tak mengulang masa
rindu bukan milik kita...biarlah jauh.
Minggu, 03 Maret 2019
Langganan:
Postingan (Atom)